Seorang dosen menulis di sebuah Blog nya, bahwa asal Almamater hanya menyumbang 10% dari kesuksesan seseorang, dan 90% sisa nya datang dari kwalitas diri sebenar nya seseorang. Walau tawaran beasiswa dan kerja bagus, cukup banyak di Almamater bonafid, terutama yang PTN nya, namun tetap saja, ada serangkaian test untuk melihat kemampuan Real calon.
Saya, sama dengan kebanyakan orang lain, akan memilih PT ternama dan bonafid untuk dapat meneruskan kuliah , namun jika karena 1 dan lain alasan saya kuliah di sebuah PTS yang biasa-biasa saja (berakreditasi C), maka saya akan bersikap :
1. Saya akan menilai kampus saya tsb dengan parameter yang lebih real di banding akreditasi, seperti dosen, manajemen pendidikan dan fasilitas.
Faktor lain, adalah biaya,lokasi dan lingkungan yang kondusif atau tidak (2 terakhir ini, tidak ada dalam penilaian untuk akreditasi khan … ). Bisa saja, kampus tsb di nilai C 2 tahun yang lalu, namun sebenar nya sangat layak di nilai B atau bahkan A, saat ini.
Faktor lain, adalah biaya,lokasi dan lingkungan yang kondusif atau tidak (2 terakhir ini, tidak ada dalam penilaian untuk akreditasi khan … ). Bisa saja, kampus tsb di nilai C 2 tahun yang lalu, namun sebenar nya sangat layak di nilai B atau bahkan A, saat ini.
2. Tentu nya saya akan sedih, jika ada institusi yang mensyaratkan asal kampus ternama dan akreditasi minimal B, tapi Dunia tidak seluas daun kelor koq … :-). Saya masih bisa kerja di Luar Negeri pada perusahaan Top atau bahkan dapat membangun perusahaan yang akan sukses nanti (Insya Allah), tentu nya jika saya punya nilai real lebih dan keep fighting. Amiin.
3. Saya meyakini, kesuksesan saya lebih di dominasi karena kwalitas diri saya di banding asal almamater dan akreditasi. saya masih bisa memilih dunia Freelancing, Kewirausahaan, bekerja pada institusi swasta dan bahkan bekerja di Luar Negeri yang tidak mensyaratkan soal Akreditasi. Saya masih percaya masih sangat banyak institusi Bonafid yang menerapkan prinsip “If you’re good, We will Hire”.
4. Pasti ada kelebihan yang saya rasakan di kampus tsb sebagai kompensasi akreditasi C nya, seperti : Biaya lebih terjangkau, karena kalau sudah terakreditasi A, pasti lebih mahal … :) dan pelayanan yang lebih di perhatikan, karena pihak Manajemen pasti berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kwalitas kampus nya, agar akreditasi nya naik.
5. Masih ada sejumlah faktor untuk me “Marketing diri” dan meningkatkan nilai diri, seperti meraih Professional certificate, Portfolio dan Networking dan yang tidak kalah penting Soft Skill dan tingkat Religius kita, karena sebenar nya kesuksesan hidup adalah anugerah dari Allah.
6. Saya akan bersyukur, saya masih bisa kuliah walau di kampus biasa-biasa saja, karena sangat banyak orang yang tidak dapat mengenyam bangku kuliah.
Sebagai tambahan, ada sejumlah fakta berikut :
1. Di sebuah perusahaan IT Networking di bilangan Thamrin , Jakarta, seorang HRD memuji seorang mahasiswa D3 yang berasal dari kampus yang biasa-biasa saja, bahkan akreditasi nya A/B/C juga tidak jelas, karena di nilai lebih pandai dan skillful di banding seorang mahasiswa asal PTS yang bonafid. memang, mahasiwa tsb sempat “ngelmu” di sebuah Software House , jadi dia punya kelebihan khusus.
2. Seorang mahasiswa yang berasal dari PTS biasa-biasa saja, telah berhasil (Tepat nya, sedang running versi Beta) membuat sebuah aplikasi Akuntansi Kompleks di sebuah Corporate, yang sebelum nya 2 kali gagal di buat oleh Software Developer lain. Sekitar 98% hal teknis, doi kerjakan sendiri.
3. Di dalam dunia akademik, sebuah paper ilmiah di nilai dengan cara “Blind Review” oleh Reviewer. Reviewer tidak mengetahui identitas penulis. Jadi, tidak ada pengaruh nya penulis dari kampus ternama atau tidak. Penilaian murni dari kwalitas paper nya.
4. Bil Gates (Microsoft), Larry Ellison (Oracle) , Michael Dell (Dell) dan banyak tokoh ternama lain, dapat sukses besar, bahkan tidak lulus kuliah.
Jadi, memilih PT yang bonafid dan bermutu, memang harus di upayakan, karena di yakini dapat membantu kita untuk meningkatkan kwalitas diri dan sebagai keunggulan De Jure (Keunggulan di atas kertas), namun jika itu tidak bisa di raih, hendak nya kita masih memperhatikan kwalitas diri sebenar nya (Keunggulan De Facto) + keunggulan de Jure lain, di banding terus mempermasalahkan akreditasi dan almamater, atau …. jika tetap tidak puas, hendak nya kita segera meninggalkan kampus tsb, pindah ke kampus lain yang akreditasi nya lebih baik walau sangat mungkin kenyataan nya, tidak jauh lebih baik dari kampus sekarang.
Jika, kita punya Nilai Lebih, maka Lulusan PT Top Luar Negeri pun dapat kita kalahkan.Orang lain juga bisa menilai, mana itu batu koral, mana itu Emas.
http://edukasi.kompasiana.com/
SENAT MAHASISWA BINA PATRIA
STMIK BINA PATRIA MAGELANG

0 Response to MOTIVASI DIRI
Posting Komentar